KHALIFAH
UTSMAN BIN AFFAN
A.
Kompetensi Dasar
Mengenal sejarah khalifah Utsman bin Affan.
B.
Indikator
1.
Mampu
menyebutkan sifat-sifat baik khalifah Utsman bin Affan
2.
Mampu
membiasakan sifat-sifat baik khalifah Utsman bin Affan
C.
Materi Pembelajaran
Riwayat Hidup
Khalifah Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan (sekitar 574 –656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang
merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap
beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah.
Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua
cahaya). Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW,
serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang
terdahulu masuk islam
dan beriman.
Utsman
adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang
pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan
keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau
memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.
Semasa
Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota
Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang
kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.Utsman bin
Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau
tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan
Agama dan Masyarakat umum. Sebagai
Contoh :
a.
Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi
seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada
waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
b.
Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
c.
Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham
sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya
ekspedisi tersebut.
d.
Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang
diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim
kering.
Utsman seorang hartawan yang hidup bergelimang harta. Beliau baktikan hidupnya untuk Allah dan Agam-Nya. Sejak Nabi Muhammad SAW mengumandangkan dakwah Islam di Makkah, Utsman termasuk orang yang pertama kali menyambutnya tanpa
ragu-ragu. Karena keislamannya pula, Utsman mengalami berbagai siksaan hingga harus berhijrah dua kali. Sekali ke bumi
Habasyah dan kali lainnya ke Madinah. Utsman dimuliakan Allah dengan menjadi menantu baginda Nabi Muhammad shallallahu
'alaihi wa salam. Tidak tanggung-tanggung, ia menikahi dua putri beliau
shallallahu 'alaihi wa salam. Ruqayyah binti Nabi Muhammad dinikahinya saat berada di Makkah dan turut
menyertainya hijrah ke Habasyah. Saat Ruqayyah meninggal, beliau menikahi Ummu Kultsum binti Nabi Muhammad di Madinah.
Beliau infakkan harta yang demikian banyak demi membiayai pasukan Islam dan
memenuhi kebutuhan umum kaum muslimin. Nabi Muhammad memberi kabar gembira surga untuknya. Ia termasuk golongan
sahabat penghafal Al-Qur'an dan hadits. Dan beliau diangkat menjadi khalifah kaum muslimin sepeninggal khalifah Umar bin
Khathab. Beliaulah dzun-nurain, Utsman bin Affan. Pada diri sahabat Utsman bin Affan terhimpun semua
bentuk kemuliaan di dunia; ilmu, amal, harta, kemuliaan nasab dan jabatan. Beliau seorang ulama, hartawan, bangsawan, ahli ibadah dan
pemimpin tertinggi kaum muslimin. Pada dirinya juga terhimpun semua bentuk
kemuliaan di akhirat; ulama, mujahid, veteran Badar, munfiq (dermawan), muhajir,
muttaqi (orang yang bertakwa), syahid dan ahli surga.
Meski Utsman bin Affan memiliki semua kemuliaan yang
diangankan setiap orang, beliau sama sekali
tidak sombong dan membanggakan dirinya. Kehidupannya sampai akhir hayatnya
diwarnai dengan kerendahan hatinya di hadapan manusia dan Rabbnya. Abdullah Ar-Rumi menuturkan, "Jika bangun di
waktu malam untuk menunaikan shalat malam, Utsman bin Affan mengambil air
wudhunya sendiri. Atas tindakannya itu, beliau sering ditanya, "Kenapa engkau tidak menyuruh pembantu saja untuk
mengambilkan air wudhu?" Utsman menjawab, "Tidak, waktu malam
adalah milik mereka, biarkan mereka beristirahat."
Subhanallah, meski usianya sudah sangat tua dan beliau memiliki kedudukan social yang sangat tinggi, beliau tidak berbuat sombong dan semena-mena. Beliau bisa saja membangunkan pembantu dan memerintahkannya
untuk mengambilkan air wudhu. Namun Utsman tidak melakukan hal itu. Beliau membiarkan
mereka menikmati istirahat malamnya setelah bekerja di waktu siang.
Padahal khalifah Utsman sendiri juga seharian bekerja
mengurus persoalan kaum muslimin. Seorang anak Said bin Yarbu' Al-Makhzumi bercerita, "Pada suatu siang
yang terik, saya dan seorang anak kawan sepermainan saya pergi ke masjid. Saya
membawa seekor burung merpati yang saya terbangkan di dalam masjid. Saat itu
masjid nabawi tengah dipugar. Di dalam masjid ada seorang laki-laki tua yang
tampan wajahnya, tengah tidur, dengan berbantalkan sebuah batu bata. Saya
mendekat kepadanya dan berdiri di dekatnya, melihat ketampanan laki-laki tua
itu. Tiba-tiba laki-laki tua itu terbangun dan membuka kedua matanya. "Siapa engkau, wahai anak kecil?" tanyanya
kepadaku. Aku pun memberitahukan
kepadanya siapa namaku. Maka laki-laki tua itu memanggil seorang budak yang
juga tidur di dekatnya. Namun budak itu tidak menjawab, rupanya ia tertidur
dengan nyenyak. "Tolong bangunkan
dia," katanya kepadaku. Aku pun membangunkan budak itu. Laki-laki tua itu menyuruh budak itu untuk
pergi dan melakukan sesuatu."Duduklah engkau di sini," kata laki-laki
tua itu kepadaku.
Tak lama kemudian budak itu datang membawa sebuah baju
yang bagus dan uang sebanyak 1000 dirham. Laki-laki tua itu lantas melepas baju
yang aku kenakan, dan ia mengenakan baju yang bagus di tangan budak itu
kepadaku. Lalu ia memasukkan uang 1000 dirham itu ke kantong baju indah yang
kini aku kenakan. Aku begitu gembira dengan
pemberian laki-laki tua itu. Aku segera lari pulang ke rumah dan menceritakan
apa yang aku alami kepada ayahku. "Wahai anakku, siapa yang memberimu semua ini?" tanya ayah. "Aku tidak tahu namanya, ia seorang laki-laki tua
yang tampan di masjid”. "Itu amirul
mukminin Utsman bin Affan," seru ayahku. (Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al- Bidayah wan Nihayah, 10/387)
Subhanllah, seorang khalifah tidur di lantai masjid nabawi di tengah siang yang
terik, setelah kecapekan mengawasi proses perluasan dan renovasi masjid nabawi.
Utsman tidur berbantalkan bahan bangunan, sepotong batu
bata, tanpa kasur permadani, tanpa selimut, tanpa AC dan kipas angin, bahkan
tanpa pengawal. Sungguh sebuah kerendahan hati yang membuat orang yang tidak
mengenalnya tidak akan menyadari bahwa dirinya adalah khalifah kaum muslimin.
Allah menyebutkan salah satu akhlak orang yang
bertakwa adalah kerendahan hati dan kebersahajaan. Sebaliknya, kesombongan dan
kemegahan adalah sifat Iblis dan para sekutu setan. Tidak diragukan lagi bahwa
khalifah Utsman belajar kerendahan hati dan kebersahajaan dari sang mertua,
Nabi Muhammad SAW. Tentang kerendahan hati dan kebersahajaan Nabi Muhammad, sahabat Abdullah
bin Abbas berkata:
كَانَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْلِسُ عَلَى الْأَرْضِ، وَيَأْكُلُ
عَلَى الْأَرْضِ، وَيَعْقِلُ الشَّاةَ، وَيُجِيبُ دَعْوَةَ الْمَمْلُوكِ عَلَى
خُبْزِ الشَّعِيرِ
"Rasulullah SAW biasa duduk di atas lantai tanah, makan di atas
lantai tanah, mengikat domba dan memenuhi undangan seorang budak meski hanya
undangan makan roti dari tepung gandum." (Al-Hafizh
Nuruddin Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mamba'ul Fawaid no. 14222 berkata:
Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dengan sanad hasan).
Sahabat Abu Umamah Al-Bahili ra berkata:
كَانَ حَدِيثُ
رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ يُكْثِرُ
الذِّكْرَ، وَيُقَصِّرُ الْخُطْبَةَ، وَيُطِيلُ الصَّلَاةَ، وَلَا يَأْنَفُ، وَلَا
يَسْتَكْبِرُ أَنْ يَذْهَبَ مَعَ الْمِسْكِينِ وَالضَّعِيفِ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ
حَاجَتِهِ
"Pembicaraan Rasulullah SAW biasanya adalah bacaan Al-Qur'an, beliau banyak
berdzikir, ceramahnya pendek, shalatnya lama, tidak sungkan dan tidak merasa sombong
(enggan) untuk pergi bersama orang yang miskin dan orang yang lemah sampai
beliau selesai memenuhi kebutuhan orang tersebut." (Al-Hafizh Nuruddin
Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mamba'ul Fawaid no. 14216 berkata:
Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dengan sanad hasan).
0 komentar: