LKS PAI

  • Diposting oleh Tri Mardiana Cahyani
  • di 22.32 -
  • 0 komentar




KHALIFAH UTSMAN BIN AFFAN

A.    Kompetensi Dasar
Mengenal sejarah khalifah Utsman bin Affan.

B.     Indikator
1.      Mampu menyebutkan sifat-sifat baik khalifah Utsman bin Affan
2.      Mampu membiasakan sifat-sifat baik khalifah Utsman bin Affan

C.    Materi Pembelajaran
Riwayat Hidup Khalifah Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan (sekitar 574 –656) adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang merupakan Khulafaur Rasyidin yang ke-3. Nama lengkap beliau adalah Utsman bin affan Al-Amawi Al-Quarisyi, berasal dari Bani Umayyah. Nama panggilannya Abu Abdullah dan gelarnya Dzunnurrain (yang punya dua cahaya). Beliau adalah salah satu sahabat besar dan utama Nabi Muhammad SAW, serta termasuk pula golongan as-Sabiqun al-Awwalin, yaitu orang-orang yang terdahulu masuk islam dan beriman.
Utsman adalah seorang yang saudagar yang kaya tetapi dermawan. Beliau adalah seorang pedagang kain yang kaya raya, kekayaan ini beliau belanjakan guna mendapatkan keridhaan Allah, yaitu untuk pembangunan umat dan ketinggian Islam. Beliau memiliki kekayaan ternak lebih banyak dari pada orang arab lainya.
Semasa Nabi SAW masih hidup, Utsman pernah dipercaya oleh Nabi untuk menjadi walikota Madinah, semasa dua kali masa jabatan. Pertama pada perang Dzatir Riqa dan yang kedua kalinya, saat Nabi SAW sedang melancarkan perang Ghatfahan.Utsman bin Affan adalah seorang ahli ekonomi yang terkenal, tetapi jiwa sosial beliau tinggi. Beliau tidak segan-segan mengeluarkan kekayaanya untuk kepentingan Agama dan Masyarakat umum. Sebagai Contoh :
a.         Utsman bin Affan membeli sumur yang jernih airnya dari seorang Yahudi seharga 200.000 dirham yang kira-kira sama dengan dua setengah kg emas pada waktu itu. Sumur itu beliau wakafkan untuk kepentingan rakyat umum.
b.         Memperluas Masjid Madinah dan membeli tanah disekitarnya.
c.         Beliau mendermakan 1000 ekor unta dan 70 ekor kuda, ditambah 1000 dirham sumbangan pribadi untuk perang Tabuk, nilainya sama dengan sepertiga biaya ekspedisi tersebut.
d.        Pada masa pemerintahan Abu Bakar,Utsman juga pernah memberikan gandum yang diangkut dengan 1000 unta untuk membantu kaum miskin yang menderita di musim kering.
Utsman seorang hartawan yang hidup bergelimang harta. Beliau baktikan hidupnya untuk Allah dan Agam-Nya. Sejak Nabi Muhammad SAW mengumandangkan dakwah Islam di Makkah, Utsman termasuk orang yang pertama kali menyambutnya tanpa ragu-ragu. Karena keislamannya pula, Utsman mengalami berbagai siksaan hingga harus berhijrah dua kali. Sekali ke bumi Habasyah dan kali lainnya ke Madinah. Utsman dimuliakan Allah dengan menjadi menantu baginda Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa salam. Tidak tanggung-tanggung, ia menikahi dua putri beliau shallallahu 'alaihi wa salam. Ruqayyah binti Nabi Muhammad dinikahinya saat berada di Makkah dan turut menyertainya hijrah ke Habasyah. Saat Ruqayyah meninggal, beliau menikahi Ummu Kultsum binti Nabi Muhammad di Madinah.
Beliau infakkan harta yang demikian banyak demi membiayai pasukan Islam dan memenuhi kebutuhan umum kaum muslimin. Nabi Muhammad memberi kabar gembira surga untuknya. Ia termasuk golongan sahabat penghafal Al-Qur'an dan hadits. Dan beliau diangkat menjadi khalifah kaum muslimin sepeninggal khalifah Umar bin Khathab. Beliaulah dzun-nurain, Utsman bin Affan. Pada diri sahabat Utsman bin Affan terhimpun semua bentuk kemuliaan di dunia; ilmu, amal, harta, kemuliaan nasab dan jabatan. Beliau seorang ulama, hartawan, bangsawan, ahli ibadah dan pemimpin tertinggi kaum muslimin. Pada dirinya juga terhimpun semua bentuk kemuliaan di akhirat; ulama, mujahid, veteran Badar, munfiq (dermawan), muhajir, muttaqi (orang yang bertakwa), syahid dan ahli surga.
Meski Utsman bin Affan memiliki semua kemuliaan yang diangankan setiap orang, beliau sama sekali tidak sombong dan membanggakan dirinya. Kehidupannya sampai akhir hayatnya diwarnai dengan kerendahan hatinya di hadapan manusia dan Rabbnya. Abdullah Ar-Rumi menuturkan, "Jika bangun di waktu malam untuk menunaikan shalat malam, Utsman bin Affan mengambil air wudhunya sendiri. Atas tindakannya itu, beliau sering ditanya, "Kenapa engkau tidak menyuruh pembantu saja untuk mengambilkan air wudhu?" Utsman menjawab, "Tidak, waktu malam adalah milik mereka, biarkan mereka beristirahat."
Subhanallah, meski usianya sudah sangat tua dan beliau memiliki kedudukan social yang sangat tinggi, beliau tidak berbuat sombong dan semena-mena. Beliau bisa saja membangunkan pembantu dan memerintahkannya untuk mengambilkan air wudhu. Namun Utsman tidak melakukan hal itu. Beliau membiarkan mereka menikmati istirahat malamnya setelah bekerja di waktu siang.
Padahal khalifah Utsman sendiri juga seharian bekerja mengurus persoalan kaum muslimin. Seorang anak Said bin Yarbu' Al-Makhzumi bercerita, "Pada suatu siang yang terik, saya dan seorang anak kawan sepermainan saya pergi ke masjid. Saya membawa seekor burung merpati yang saya terbangkan di dalam masjid. Saat itu masjid nabawi tengah dipugar. Di dalam masjid ada seorang laki-laki tua yang tampan wajahnya, tengah tidur, dengan berbantalkan sebuah batu bata. Saya mendekat kepadanya dan berdiri di dekatnya, melihat ketampanan laki-laki tua itu. Tiba-tiba laki-laki tua itu terbangun dan membuka kedua matanya. "Siapa engkau, wahai anak kecil?" tanyanya kepadaku. Aku pun memberitahukan kepadanya siapa namaku. Maka laki-laki tua itu memanggil seorang budak yang juga tidur di dekatnya. Namun budak itu tidak menjawab, rupanya ia tertidur dengan nyenyak. "Tolong bangunkan dia," katanya kepadaku. Aku pun membangunkan budak itu. Laki-laki tua itu menyuruh budak itu untuk pergi dan melakukan sesuatu."Duduklah engkau di sini," kata laki-laki tua itu kepadaku.
Tak lama kemudian budak itu datang membawa sebuah baju yang bagus dan uang sebanyak 1000 dirham. Laki-laki tua itu lantas melepas baju yang aku kenakan, dan ia mengenakan baju yang bagus di tangan budak itu kepadaku. Lalu ia memasukkan uang 1000 dirham itu ke kantong baju indah yang kini aku kenakan. Aku begitu gembira dengan pemberian laki-laki tua itu. Aku segera lari pulang ke rumah dan menceritakan apa yang aku alami kepada ayahku. "Wahai anakku, siapa yang memberimu semua ini?" tanya ayah. "Aku tidak tahu namanya, ia seorang laki-laki tua yang tampan di masjid”. "Itu amirul mukminin Utsman bin Affan," seru ayahku. (Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi, Al- Bidayah wan Nihayah, 10/387)
Subhanllah, seorang khalifah tidur di lantai masjid nabawi di tengah siang yang terik, setelah kecapekan mengawasi proses perluasan dan renovasi masjid nabawi. Utsman tidur berbantalkan bahan bangunan, sepotong batu bata, tanpa kasur permadani, tanpa selimut, tanpa AC dan kipas angin, bahkan tanpa pengawal. Sungguh sebuah kerendahan hati yang membuat orang yang tidak mengenalnya tidak akan menyadari bahwa dirinya adalah khalifah kaum muslimin.
Allah menyebutkan salah satu akhlak orang yang bertakwa adalah kerendahan hati dan kebersahajaan. Sebaliknya, kesombongan dan kemegahan adalah sifat Iblis dan para sekutu setan. Tidak diragukan lagi bahwa khalifah Utsman belajar kerendahan hati dan kebersahajaan dari sang mertua, Nabi Muhammad SAW. Tentang kerendahan hati dan kebersahajaan Nabi Muhammad, sahabat Abdullah bin Abbas berkata:
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَجْلِسُ عَلَى الْأَرْضِ، وَيَأْكُلُ عَلَى الْأَرْضِ، وَيَعْقِلُ الشَّاةَ، وَيُجِيبُ دَعْوَةَ الْمَمْلُوكِ عَلَى خُبْزِ الشَّعِيرِ
"Rasulullah SAW biasa duduk di atas lantai tanah, makan di atas lantai tanah, mengikat domba dan memenuhi undangan seorang budak meski hanya undangan makan roti dari tepung gandum." (Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mamba'ul Fawaid no. 14222 berkata: Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dengan sanad hasan).
Sahabat Abu Umamah Al-Bahili ra berkata:
كَانَ حَدِيثُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الْقُرْآنَ يُكْثِرُ الذِّكْرَ، وَيُقَصِّرُ الْخُطْبَةَ، وَيُطِيلُ الصَّلَاةَ، وَلَا يَأْنَفُ، وَلَا يَسْتَكْبِرُ أَنْ يَذْهَبَ مَعَ الْمِسْكِينِ وَالضَّعِيفِ حَتَّى يَفْرُغَ مِنْ حَاجَتِهِ
"Pembicaraan Rasulullah SAW biasanya adalah bacaan Al-Qur'an, beliau banyak berdzikir, ceramahnya pendek, shalatnya lama, tidak sungkan dan tidak merasa sombong (enggan) untuk pergi bersama orang yang miskin dan orang yang lemah sampai beliau selesai memenuhi kebutuhan orang tersebut." (Al-Hafizh Nuruddin Al-Haitsami dalam Majmauz Zawaid wa Mamba'ul Fawaid no. 14216 berkata: Diriwayatkan oleh Ath-Thabarani dengan sanad hasan).

Author

Written by Admin

Aliquam molestie ligula vitae nunc lobortis dictum varius tellus porttitor. Suspendisse vehicula diam a ligula malesuada a pellentesque turpis facilisis. Vestibulum a urna elit. Nulla bibendum dolor suscipit tortor euismod eu laoreet odio facilisis.

0 komentar:

media powerpoint